Minggu, 23 Mei 2010
perjumpaan dan perpisahan!
Kehilangan itu merupakan sesuatu yang sangat tidak menyenangkan, kehilangan apapun. Apalagi kalau kehilangan sahabat. Dan malam ini, dengan berat saya harus menerima bahwa satu lagi sahabat saya, Yudi Marito Adityapratama Nainggolan, harus pergi, kembali ke daerah asalnya setelah merantau di Jogjakarta selama hampir kurang lebih 5 tahun, dan saya mengenalnya di 2 tahun terakhirnya di Jogjakarta. Pergi, tentunya dengan membawa berbagai kenangan baik yang telah kita jalanin bersama, dengan membawa cerita yang nantinya akan selalu teringat di hati kita masing-masing.
2 tahun lalu, saya bertemu dengannya. Saat itu, saya mendaftar di PSM UGM, dan dia lah yang menjadi ketua PSM UGM saat itu. Awal saya bertemu dengannya, saya menganggap bahwa dia bukanlah sesosok ketua yang baik, dia hanya dipilih ketua karena dukungan teman-temannya, tanpa memiliki kapasitas yang cukup sebagai Ketua UKM Paduan Suara mahasiswa UGM. Namun, pendapat saya ternyata salah. Dia adalah sesosok ketua yang sangak baik. Entah karena apa, akhirnya kita menjadi dekat. Saya, dia, dan seorang lagi, Mas Ari, kita biasa menghabiskan waktu bersama. Makan bersama seusai latihan, nongkrong, menonton konser, jalan-jalan, dan hal lain yang kami lakukan bersama. 2 tahun yang kami lewatkan, menyimpan banyak sekali cerita dan kenangan, yang tidak cukup digambarkan oleh foto dari ponsel, kamera atau apapun. Kenangan tersebut akan terekam dalam memory kita masing-masing, dan tanpa kita sadari kita pasti akan sangat merindukan masa-masa itu.
Sekarang, dia telah melewati masa-masa perantauan itu, dan saat ini harus kembali ke kota asalnya, Jakarta, untuk sebuah tanggung jawab yang lebih besar. Untuk mengamalkan apa yang telah diperoleh di Jogjakarta, dan tentunya untuk membahagiakan orang tua disana.
Selamat jalan sahabatku, kamu adalah salah satu orang yang telah memberikan warna tersendiri di Jogjakarta ini. Terimakasih untuk 2 tahun kebersamaan ini, semoga kita masih bisa bertemu di lain waktu, di masa yang akan datang, saat kita sudah sukses dengan cita-cita masing-masing, saat kita akan mulai membicarakan kenangan-kenangan kita yang sangat indah. Maaf, satu hal yang tidak bisa kupenuhi adalah untuk hadir dan menyanyi di wisudamu kemarin. saya sangat menyesal. Semoga kamu bisa menjadi lebih baik di kehidupan disana. :)
Selasa, 18 Mei 2010
Grrrr!
Grrr! Kesel, sebel, serba nggak enak. Mulai dari kuliah yang nggak mood, jadwal latihan PSM yang berantakan, tugas yang gatau harus diapain, dan lain lain lah. Capek nih rasanya :(
Kamis, 13 Mei 2010
Semoga tak salah terka!
atau mungkin belum adanya keberanian hati untuk mengatakannya
atau mungkin juga dengan sengaja dibiarkan tak pernah ada
agar kedua hati bisa saling menterjemahkannya sendiri
tapi bagaimana bila aku salah menerka sementara kamu telah menjadi segalanya
seisi tata suryaku, kamu lah pusatnya,...
seisi rindu telah kucukupkan hanya untukmu
bahkan untuk sahabat yang pelukannya mungkin kubutuhkan, kini aku sangat berhati-hati
segala dawai gitar, percakapan aneh, mungkin semua sisa kekaguman
dan semua tanda sayang lewat ejekan, guyonan, dan bahasa yang hanya kami yang mengerti
semua kini hanya menjadi senyum dan haru ketika aku menoleh ke belakang
karena aku harus belajar untuk berpamitan, mulai dari sekarang
mungkin hanya kamu yang akan benar-benar aku tunggu
mungkin hanya kamu yang kuletakkan dalam hati ini
hingga selalu kusapu halamannya agar kamu tak perlu terganggu
kini harapan terbesarku hanya satu, hanya untuk menemanimu
jadi bilang kalau aku tak salah menerka....
Sabtu, 08 Mei 2010
Bibirku Bersujud di Bibirmu
Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat sebuah kesempatan yang sangat langka untuk dapat menyaksikan konser orkestra yang dipimpin oleh seorang komposer wahid, yaitu Ananda Sukarlan. Sebuah konser sajian musik yang sangat indah karena didukung oleh banyak maestro di bidangnya, seperti Aning Katamsi (soprano), Elizabeth Ashford (flute), Dani Dumadi (solo tenor), Inez Raharjo (violin), dll. Dan beberapa komposisi indah Ananda Sukarlan dimainkan di konser ini, salah satunya adalah “Bibirku Bersujud di Bibirmu”, yang terbaik menurut saya di konser ini.
Bibirku Bersujud di Bibirmu adalah musik tari yang didasari oleh sebuah puisi karangan Hasan Aspahani. Dan tak seperti judulnya, puisi ini jauh sekali maknanya dengan judulnya, tidak ada unsur-unsur sensual di dalamnya. Puisi ini justru menceritakan tentang cinta dan kehancuran yang diinspirasi dari tragedi tsunami di Aceh tahun 2004 lalu, ketika lautan ombak yang membentuk gelombang tsunami jatuh di bibir pantai utara Sumatera.
Bibirku bersujud di bawahmu dimainkan sebagai lagu penutup untuk konser ini, dengan permainan piano dari Ananda Sukarlan, penyanyi sopran Aning Katamsi, violist Inez Rahardjo, dan beberapa penari yang makin mempercantik penampilan lagu ini. Tak hanya sekali saya dibuat diam tertegun di konser ini, lalu berdiri melakukan standing ovation hanya untuk mengapresiasikan perasaan saya tentang bagaimana indahnya lagu-lagu di dalam konser ini. Benar-benar sebuah konser yang megah dan berkualitas.
Siapa yang menangis di dermaga?
Siapa menghangatkan laut dengan airmata?
Siapa yang melambai di atas palka?
Siapa yang menghetakkan kaki berlari ke surut samudra?
Siapa mengarak riak jadi mahagelombang maharaksasa?
Aku semakin tak sanggup, dengar. Dendang itu semakin sayup.
Jumat, 07 Mei 2010
I've learn something!
Roda kehidupan itu senantiasa berputar. Kadang kita diatas, kadang juga dibawah. Semua ada gilirannya. Karena hidup itu terus berputar seperti roda pedati.
Yah, walaupun gak sama persis, tapi kira-kira seperti itulah ungkapannya. Yang biasanya dimaknai bahwa nasib seseorang itu akan selalu berubah. Kadang mujur, kadang sial, kadang miskin, kadang kaya. Bagi sebagian besar orang ini mungkin benar. Tapi bagi sebagian kecil lainnya, hidup ini seolah-olah tidak berputar. Dari lahir sampai mati tetap kaya terus. Tapi keluarga lain dari lahir sampai mati tetap miskin terus.
Adalah sebuah hari yang baru dan pagi yang indah bagi setiap orang apabila mereka mau merenungkannya setiap kali matahari terbit. Setiap orang akan berusaha memberikan atau mengisi hari-harinya dengan kegiatan dan aktivitas yang positif atau setidaknya menyenangkan baginya. Bagi segelintir orang kegiatan setiap hari adalah kerja keras dan sebagian lagi hanya mengisi waktu mereka sampai matahari tenggelam dengan hal-hal yang menurut mereka penting. Entah itu pekerjaan atau hobi atau mungkin hanya sekedar kegiatan yang tidak jelas arahnya. Setelah tiba matahari terbenam kadang-kadang kita mengulangi rutinitas hari-hari sebelumnya, sehingga mengakibatkan kita sepertinya hidup dalam suatau perputaran roda yang monoton. Suatu hal baru datang dalam hidup kita dan pergi lagi, keheningan kembali menjadi teman setia kita. Pada putaran roda berikutnya kegembiraan dan perasaan yang meledak-ledak kembali mengajak kita untuk menari bersama. Sementara dengan angkuhnya roda kehidupan terus berputar dan kita tetap dalam jalur perputarannya. Pagi dan malam terus bergantian mendampingi kita berjalan mengikuti roda kehidupan.
Akankan roda itu berhenti berputar? Dan membuat kita beristirahat sebentar akan semua susah dan senang yang telah kita lewati? Entahlah. Yang saya tahu roda itu akan tetap terus berputar dengan angkunya tanpa memikirkan kita yang harus terus mengikuti irama putarannya. Harus! Tidak bisa tidak, apabila anda ingin berhenti mengikuti putaran roda tersebut, putus asa dan menyerah adalah teman baru, dan kita akan berada satu ranjang dengan perasaan kalah. Kemudian nafas kehidupan akan meninggalkan kita karena kita sendiri yang mengusir dia.
Maha Suci Allah yang terus dan terus menerus memberikan nikmat-Nya yang tak terhitung lagi jumlahnya. Dan tahu tidak, nikmat Allah itu diberikan silih berganti dengan indah. Kadang kita merasakan nikmat berupa uang yang melimpah, tapi kadang kita juga diberi nikmat merasakan bagaimana rasanya bersemangat dalam berusaha dan berdoa karena tak memiliki uang sedikitpun. Yah, sampai detik ini, kita telah diberi kenikmatan untuk mencicipi banyak pengalaman. Pengalaman gak makan seharian, pengalaman kekenyangan, pengalaman dibentak dosen, pengalaman bersama teman-teman, dll. Semua adalah harta yang takkan mampu kita cari penggantinya. Nasib yang dibilang orang, tak lebih hanya sekedar pertunjukan-pertunjukan yang dipertontonkan Allah pada kita, rangkaian skenario yang telah Allah ciptakan untuk kita. Dan ia juga merupakan pertanyaan-pertanyaan terselubung yang menanti jawaban kita.Hanya sebuah coretan yang terinspirasi dari sebuah melodi karya Benny Soebardja (Apatis).
Roda-roda terus berputar
Tanda masih ada hidup
Karna dunia belum henti
Berputar melingkar searah
Terik embun sejuta sentuhan
Pahit mengajuk pelengkap
Seribu satu perasaan
Bergabung setangkup senada
Jurang curam berkeliaran
Tanda bahaya sana sini
Padang rumput lembut hijau
Itupun tiada tertampak
Sudah lahir sudah terlanjur
Mengapa harus menyesal
Hadapi dunia berani
Bukalah dadamu
Tantanglah dunia
Tanyakan salahmu wibawa
Jumat, 30 April 2010
even now
I've spent my life, my heart
and my eyes this way.
I used to think that love and beloved are different,
I know now they're the same.
I was seeing two in one
I Write a Song
I've been alive forever,
and I wrote the very first song
I put the words and the melodies together
I am music and I write the songs
I write the songs that make the whole world sing
I write the songs of love and special things
I write the songs that make the young girls cry
I write the songs, I write the songs
My home lies deep within you
And I've got my own place in your soul
Now, when I look out through your eyes
I'm young again, even though
I'm very old
Oh my music makes you dance
And gives you spirit to take a chance
And I wrote some rock 'n' roll so you can move
Music fills your heart
Well, that's a real fine place to start
It's from me it's for you
It's from you, it's for me
It's a worldwide symphony
I am Music (music) and
I write the songs